Minggu, 02 Agustus 2009

FISIKA DALAM KESEHATAN



Fisika Dalam Indera Penciuman


BAGI makhluk subyektif seperti manusia, aroma adalah segalanya. Sebut saja. Selera makan kita sebagian besar ditentukan oleh hidung. Menarik atau tidaknya makanan untuk disantap penentu utamanya adalah aroma. Mau atau tidak kita dekat-dekat sama gebetan kita, aroma juga salah satu penentunya. Siapa sih yang mau punya pasangan yang keringatnya bau kambing dan napasnya bau naga? Hebatnya lagi, aroma itu mampu merambat di ruang secepat suara. Makanya hati-hati. Kalau bau kita tak sedap, bisa-bisa sebelum sempat kita mendekati sang pujaan dia sudah ngacir duluan!

Pagi itu kamu terlambat bangun, segera memasukkan roti tawar ke toaster dan menyambar handuk untuk mandi. Lewat beberapa menit kemudian, kamu mendengar ibu berteriak roti di toaster telah gosong yang bertepatan dengan hidung kamu mencium bau gosongnya. Padahal, di rumah tidak terasa ada angin bertiup, udara tampak tenang-tenang saja. Apakah ini kebetulan?

Itu bukan kebetulan. Walaupun secara keseluruhan udara tampaknya tenang, molekul-molekul gas di udara sebenarnya selalu bergerak. Ingat hal ini di pelajaran Teori Kinetik Gas, di Kimia atau Fisika. Pada suhu dan tekanan kamar, rata-rata molekul gas itu bergerak dengan kecepatan 1.740 kilometer per jam. Seperti dapat diduga bila suhu berubah, kecepatannya akan berubah. Semakin besar massa molekul, semakin rendah pula kecepatan geraknya.

Secepat itu, kenapa udara di rumah tampak tidak bergerak? Ya, karena dalam pergerakannya molekul-molekul gas itu saling bertumbukan. Karena banyaknya molekul gas di udara, rata-rata jarak yang ditempuh satu molekul sebelum menumbuk molekul lain hanya sekitar sepersepuluh ribu (1/10.000) milimeter. Dengan demikian, secara keseluruhan udara di kamar dan rumah kita tampak tidak bergerak.

Oh, ya, untuk mengingatkan lagi, dalam ruang sebesar 22,4 L saja terdapat sekitar 1 mol atau 6,023 x 1.023 molekul. Nah, kalau ruang di rumahmu bervolume-katakanlah-600 meter kubik, hitung sendiri berapa jumlah molekul udara yang ada. Nah, dari sekian banyak molekul itu, tentu ada molekul yang beruntung tidak mengalami tumbukan terlalu banyak dan dapat bergerak ke seluruh ruang dengan kecepatan suara. Jadi bukan kebetulan bila teriakan ibu datang bersamaan dengan aroma roti gosong tadi.

Peran air

Aroma dari secangkir teh atau kopi sampai ke hidung kita berkat bantuan air. Tanpa bantuan air untuk mengeluarkan senyawa yang bertanggung jawab pada aroma dari teh atau kopi diperlukan panas yang tinggi antara 200 derajat Celsius sampai dengan 300 derajat Celsius. Di suhu setinggi ini, semuanya sudah akan menjadi hangus, bukan aroma teh atau kopi yang didapat, malah bau gosong. Mirip dengan itu, bila kamu pergi ke sauna tidak pernah minyak lavender langsung dibakar dengan nyala.

Biasanya lavender dicampur dengan air, kemudian campuran inilah yang dipanaskan, untuk mencegah bau gosong. Inilah yang disebut dengan distilasi uap. Senyawa yang mendidih pada suhu tinggi dan biasanya tidak menguap dengan sendirinya akan ikut terdistilasi dalam proses distilasi uap.

Aroma yang enak dari makanan yang digoreng juga dibawa ke hidung kita dengan bantuan air. Dalam proses ini, senyawa- senyawa anti-oksidan alami yang ada di minyak, yang penting untuk menghambat penuaan, juga ikut terbawa. Dengan alasan ini, minyak goreng tidak boleh terlalu sering digunakan ulang.

Hasil dari peristiwa distilasi uap jugalah yang menjadi penyebab penyebaran berbagai bencana. Senyawa-senyawa organik yang dulu digunakan untuk insektisida, seperti DDT, merupakan senyawa yang sukar menguap karena mempunyai titik didih yang tinggi. Karena terbawa oleh uap air, senyawa ini tersebar ke seantero dunia, bahkan ke daerah yang jauh seperti Antartika. Senyawa ini juga bersifat sukar diuraikan oleh organisme hidup. Kini penggunaannya dilarang dengan alasan- alasan tadi. Dengan alasan yang mirip juga kita tidak dianjurkan membakar sampah yang masih basah. Senyawa-senyawa yang toksik, karsinogenik, dan alergenik dapat terbawa uap air serta menyebar ke mana-mana. Senyawa-senyawa tadi sangat membahayakan kesehatan kita. Dianjurkan untuk mengubahnya menjadi kompos, bukan membakarnya.

Senyawa-senyawa penyusun parfum

Parfum terdiri atas minyak-minyak asiri. Minyak asiri alami yang digunakan di parfum biasanya diambil dari makhluk hidup, misalnya, dari bunga atau binatang. Minyak asiri tersebut biasanya merupakan senyawa-senyawa dalam kelompok terpen. Senyawa-senyawa ini diekstraksi dengan menggunakan distilasi uap atau dalam hal ekstrem digunakan distilasi vakum.

Beberapa parfum sering dijual dengan kemasan botol yang gelap. Selain untuk estetis, kemasan ini juga digunakan untuk menyembunyikan perubahan warna parfum dengan waktu, karena beberapa jenis parfum berubah warna dengan waktu, walaupun aromanya tidak berubah.

Secara umum, agar menimbulkan aroma molekul harus menguap dengan cukup efisien. Persyaratan ini berarti molekul penyusun parfum tidak boleh terlalu besar. Biasanya molekul yang massa molekulnya kurang dari 300. Molekulnya juga harus dapat membentuk ikatan dengan penerima bau di hidung. Walaupun kita merupakan makhluk yang tidak terlalu sensitif pada bau, namun masih cukup sensitif dibandingkan dengan alat-alat yang digunakan kimiawan. Kita dapat merasakan aroma senyawa pada konsentrasi 10 ppm (part per million, satu dalam sejuta), kimiawan menggunakan alat kromatografi yang rumit dan relatif besar untuk mendeteksinya.



gelombang otak.....

Tahu pada empat macam gelombang otak (EEG)

1. Delta
2. Theta
3. Alpha
4. Betha

Jaringan otak orang hidup menghasilkan gelombang-gelombang listrik yang berfluktuasi.
Pada tahun 1929, Hans Berger, orang Jerman, membuat peralatan untuk mencatat dan mengukur gelombang listrik yang terjadi di otak.
Alat ini disebut sebagai Electroencephalograph atau disingkat EEG.
Dengan menempelkan sepasang elektrode di kulit kepala, maka dapat diketahui perbedaan tegangan arus lisrik padanya.

Apabila di layar monitor electroencephalograph tidak lagi terlihat adanya gelombang, maka orang tersebut secara medis telah mati, meskipun di bagian tubuh lain masih ada gerakan.
Frekwensi gelombang EEG dihitung dengan jumlah cycles per second atau cps (Hertz-Hz)

Gelombang Delta adalah kondisi orang sedang tidur yang frekwensinya antara 0,5 s.d. 3,5 cps.
Orang tidur tanpa mimpi, otaknya menghasilkan gelombang Delta.
Sedangkan orang koma gelombang otaknya hanya 0,5 cps.
Tidur rutin untuk manusia, adalah upaya untuk memulihkan kondisi sel-sel tubuhnya termasuk sel otak yang telah bekerja berat seharian.
Oleh sebab itu orang sakit perlu banyak tidur beristirahat.

Gelombang Theta dengan putaran 3,5 s.d. 7 cps, terjadi saat orang bermimpi. Mimpi ditandai dengan gerakan bola mata yang cepat.
Perasaan bermimpi yang terasa lama sekali, pada hakekatnya hanya berlangsung dalam hitungan detik.
Hal ini karena "ukuran waktu" yang dipakai orang yang bermimpi ialah "waktu" ukuran ruh.
Bukankah waktu ribuan tahun di dunia, hanya sekejap saja menurut ukuran akhirat.
Para penemu, pencipta musisi bekerja dalam kondisi gelombang Tetha.

Gelombang Alpha antara 7 s.d. 13 cps.
Terjadi pada kondisi normal orang dewasa bekerja, tanpa dibebani pikiran macam-macam, tanpa target yang berat.
Kewajiban yang terpenting ialah bagaimana melaksanakan tugas-pekerjaan sebaik-baiknya dengan tujuan yang telah ditetapkan disertai niat positif lillahi ta'ala.
Tidak ada pikiran negatif Informasi-informasi yang diserap otak selama ini akan muncul kembali, "diam seribu akal", dan "jalan lebih baik dari tujuan" itulah patokannya agar otak bekerja dalam gelombang ini.

Gelombang Beta antara 13 s.d. 28 cps.
Ketika orang bekerja berat membutuhkan pikiran yang banyak sekali, sehingga gelombang otak juga naik hitungannya.
Banyak hal yang harus dicermati untuk mempertahankan eksistensi manusia dari bahaya lingkungan seperti tentara yang sedang bertempur atau supir yang harus waspada.

Sebaiknya kita memprogram otak kita selalu dalam gelombang alpha, gelombang ketenangan, sehingga muncul inspirasi.
Sembahyang secara khusuk 5 kali dalam 24 jam akan menghasilkan gelombang alpha, yang memperbaiki kualitas hidup.

Minggu, 05 April 2009

luar angkasa....

Penemuan Luar Angkasa Terbaru
Belum lama berselang, tepatnya tanggal 5 Juni yang lalu, suatu berita
besar iptek muncul dari sebuah konperensi fisika “Neutrino 98″ yang
berlangsung di Jepang. Neutrino, salah satu partikel dasar yang jauh lebih
kecil daripada elektron, ternyata memiliki massa, demikian laporan dari
suatu tim internasional yang tergabung dalam eksperimen
Super-Kamiokande. Tim ahli-ahli fisika yang terdiri dari kurang lebih 120 orang dari
berbagai negara termasuk AS, Jepang, Jerman, dan Polandia tersebut
melakukan penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan selama setahun oleh
sebuah laboratorium penelitian neutrino bawah tanah di Jepang.

Jika laporan ini terbukti benar dan dapat dikonfirmasi kembali oleh tim
lainnya maka akan membawa dampak yang sangat luas terhadap beberapa
teori fisika, terutama pembahasan mengenai interaksi partikel dasar, teori
asal mula daripada alam semesta ini serta problema kehilangan massa
(missing mass problem) maupun teori neutrino matahari.

Neutrino, atau neutron kecil, adalah suatu nama yang diberikan oleh
fisikawan dan pemenang hadiah Nobel terkenal dari Jerman: Wolfgang Pauli.
Neutrino adalah partikel yang sangat menarik perhatian para fisikawan
karena kemisteriusannya. Neutrino juga merupakan salah satu bangunan
dasar daripada alam semesta yang bersama-sama dengan elektron, muon, dan
tau, termasuk dalam suatu kelas partikel yang disebut lepton. Lepton
bersama-sama dengan enam jenis partikel quark adalah pembentuk dasar semua
benda di alam semesta ini.

Ditemukan secara eksperimental pada tahun 1956 (dalam bentuk anti
partikel) oleh Fred Reines (pemenang Nobel fisika tahun 1995) dan Clyde
Cowan, neutrino terdiri dari 3 rasa (flavor), yakni: neutrino elektron,
neutrino mu dan neutrino tau. Neutrino tidak memiliki muatan listrik dan
selama ini dianggap tidak memiliki berat, namun neutrino memiliki
antipartikel yang disebut antineutrino. Partikel ini memiliki keunikan karena
sangat enggan untuk berinteraksi. Sebagai akibatnya, neutrino dengan
mudah dapat melewati apapun, termasuk bumi kita ini, dan amat sulit untuk
dideteksi.

Diperkirakan neutrino dalam jumlah banyak terlepas dari hasil reaksi
inti pada matahari kita dan karenanya diharapkan dapat dideteksi pada
laboratorium di bumi. Untuk mengurangi pengaruh distorsi dari sinar
kosmis, detektor neutrino perlu ditaruh di bawah tanah. Dengan mempergunakan
tangki air sebanyak 50 ribu ton dan dilengkapi dengan tabung foto
(photomultiplier tube) sebanyak 13 ribu buah, tim Kamiokande ini menemukan
bahwa neutrino dapat berosilasi atau berganti rasa. Karena bisa
berosilasi maka disimpulkan bahwa neutrino sebenarnya memiliki massa.

Penemuan ini sangat kontroversial karena teori fisika yang selama ini
kerap dipandang sebagai teori dasar interaksi partikel, yakni disebut
teori model standard, meramalkan bahwa neutrino sama sekali tidak
bermassa. Jika penemuan neutrino bermassa terbukti benar maka boleh jadi akan
membuat teori model standard tersebut harus dikoreksi.

Penemuan neutrino bermassa juga mengusik bidang fisika lainnya yakni
kosmologi. Penemuan ini diduga dapat menyelesaikan problem kehilangan
massa pada alam semesta kita ini (missing mass problem). Telah sejak lama
para ahli fisika selalu dihantui dengan pertanyaan: Mengapa terdapat
perbedaan teori dan pengamatan massa alam semesta? Jika berat daripada
bintang-bintang, planet-planet, beserta benda-benda alam lainnya
dijumlahkan semua maka hasilnya ternyata tetap lebih ringan daripada berat
keseluruhan alam semesta.

Para ahli fisika menganggap bahwa terdapat massa yang hilang atau tidak
kelihatan. Selama ini para ahli tersebut berteori bahwa ada partikel
unik yang menyebabkan selisih massa pada alam semesta. Namun teori
semacam ini memiliki kelemahan karena partikel unik yang diteorikan tersebut
belum pernah berhasil ditemukan.

Dari hasil penemuan tim Kamiokande ini dapat disimpulkan bahwa ternyata
partikel unik tersebut tidak lain daripada neutrino yang bermassa.

Menurut teori dentuman besar (Big Bang) alam semesta kita ini bermula
dari suatu titik panas luar biasa yang meledak dan terus berekspansi
hingga saat ini. Fisikawan Arno Penzias dan Robert Wilson (keduanya
kemudian memenangkan hadiah Nobel fisika tahun 197 pada tahun 1965
menemukan sisa-sisa gelombang mikro peninggalan dentuman besar yang sekarang
telah mendingin hingga suhu sekitar 3 Kelvin. Namun salah satu hal yang
masih diperdebatkan adalah masalah ekspansi alam semesta itu sendiri.
Apakah hal ini akan terus menerus terjadi tanpa akhir? Penemuan neutrino
bermassa diharapkan akan bisa menjawab pertanyaan yang sulit ini.

Bayangkan suatu neutrino yang sama sekali tidak bermassa, seperti yang
diperkirakan selama ini. Gaya gravitasi tentu tidak akan berpengaruh
sama sekali pada partikel yang tidak memiliki berat. Namun apa yang
terjadi jika neutrino ternyata memiliki berat? Dalam jumlah yang amat sangat
banyak neutrino-neutrino ini tentu akan bisa mempengaruhi ekspansi alam
semesta. Tampaknya ada kemungkinan ekspansi alam semesta suatu saat
akan terhenti dan terjadi kontraksi atau penciutan kembali jika ternyata
neutrino memiliki massa.

Terakhir masih ada satu lagi problem fisika yang akan diusik oleh hasil
penemuan ini yaitu problem neutrino matahari, dimana terjadi selisih
jumlah perhitungan dan pengamatan neutrino yang dihasilkan oleh matahari
kita.

Untuk keabsahan penemuan ini tim internasional dari eksperimen super
Kamiokande dalam laporannya juga mengajak tim-tim saintis lainnya untuk
mengkonfirmasi penemuan mereka. Namun menurut pengalaman di masa lalu,
laporan osilasi neutrino dan neutrino bermassa selalu kontroversi dan
jarang bisa dikonfirmasi kembali.

Untuk sementara ini para ahli harus sabar menunggu karena eksperimen
semacam ini hanya bisa dilakukan oleh segelintir eksperimen saja di
seluruh dunia. Yang pasti jika hasil penemuan ini memang nantinya terbukti
benar maka jelas dampaknya akan sangat terasa pada beberapa teori fisika
modern.